Thursday, May 11, 2017

PISTOL vs REVOLVER
Kita tentu sering menyaksikan berita di TV mengenai kasus tembak-menembak antara polisi dan perampok atau teroris. Dan umumnya orang langsung berasumsi bahwa polisi dan lawannya sama-sama menggunakan pistol. Tapi tahukah anda, bahwa ada 2 kategori utama dalam dunia senjata api genggam (handgun) ? Kedua kategori itu ialah Pistol dan Revolver.

Pada umumnya masyarakat awam menganggap bahwa Pistol dan Revolver sama saja. Keduanya adalah senjata api laras pendek yang dapat dioperasikan hanya dengan satu tangan dan ukurannya cukup kecil serta ramping sehingga dapat diselipkan di pinggang.

Ketidak-tahuan masyarakat tentang hal tersebut tentu dapat dimengerti karena masyarakat awam pada umumnya tidak terlalu memperhatikan secara detail perbedaan kedua jenis senjata api tersebut, selain itu juga mungkin karena akses masyarakat terhadap senjata api di negeri ini sangat dibatasi oleh pemerintah.

Namun untuk kalangan tertentu yang menggeluti dunia senjata api, seperti aparat keamanan, tentara atau para pehobby menembak, tentu perbedaan tersebut cukup mendasar. Perbedaan mendasar tersebut disebabkan adanya perbedaan bentuk rangka utama (frame) serta mekanisme kerja dari kedua kategori senjata api tersebut.

Untuk membahas perbedaan tersebut, Tim Zona Pertahanan berusaha mengupas materi tentang Perbedaan PISTOL dan REVOLVER, mulai dari sejarah penamaan, terminologi, mekanisme penembakan hingga amunisi yang digunakan kedua kategori senjata api tersebut.

Sejarah :

Pistol sejatinya mulai memasuki jajaran persenjataan kerajaan-kerajaan di Eropa sekitar abad ke-16. Istilah Pistol sendiri diperkenalkan di daratan Inggris pada tahun 1570. Kata Pistol diadopsi dari bahasa Perancis, Pistolet, yang sudah muncul 20 tahun sebelumnya.

Sempat timbul perdebatan di kalangan ahli sejarah mengenai munculnya istilah Pistol, ada yang mengklaim bahwa kata tersebut berasal dari Jerman, pitschale, pitschole, petsole, bahkan ada yang menyebutkan berasal dari negeri Cheko.

Terlepas dari perbedaan pendapat tersebut, pada intinya istilah Pistol pada awalnya adalah istilah yang digunakan untuk menamakan sebuah senjata berbentuk meriam genggam (Hand Cannon) yang dapat di bawa-bawa oleh penggunanya (portabel).

Sesuai dengan sifatnya pada masa itu, sebuah pistol hanya dapat memuntahkan satu butir peluru saja untuk selanjutnya diisi kembali dengan peluru berikutnya jika ingin melakukan penembakan lagi. Hal ini hampir tidak berubah sampai ditemukannya teknologi yang lebih maju pada abad ke-19, yaitu dengan ditemukannya senjata api jenis Revolver oleh seorang berkebangsaan Amerika bernama Samuel Colt pada tahun 1836.
Revolver Rancangan S. Colt



Senjata api jenis revolver ini sangat digemari pada masanya, terutama di wilayah Wild West yang sekarang lebih dikenal dengan daerah bagian Barat negeri Paman Sam. Antusiasme para penggunanya, terutama di kalangan Frontier dan Cowboy, timbul karena senjata api ini dapat diisi dengan hingga 5 butir peluru sekaligus. Sehingga jauh mengalahkan senjata api jenis sebelumnya, yaitu jenis Flintlock, yang hanya mampu mengusung satu butir peluru saja.
Pistol jenis Flintlock



Di kawasan yang sangat ganas seperti di Wild West, senjata api dengan kemampuan ini tentu sangat dibutuhkan, mengingat ada saja timbulnya ancaman, baik dari para perampok, bandit, dan yang lebih populer seperti di film-film Koboi adalah musuh bersenjatakan panah dan busur dari suku Indian yang jumlahnya sangat banyak. Sehingga untuk melawan musuh-musuh tersebut, dibutuhkan senjata api yang dapat memuntahkan tembakan berkali-kali tanpa harus mengisi peluru setiap kali sehabis menembak.

Terminologi :

Dilihat dari sudut pandang definisi, memang belum semua kalangan sepakat dengan perbedaan istilah Pistol dan Revolver. Meski demikian, sejumlah situs menyimpulkan definisi Pistol di mana Pistol adalah tipe senjata api yang memiliki sebuah ruang untuk menembakkan sebutir peluru atau ruang tembak (chamber) yang terintegrasi dengan larasnya (barrel).

Sementara Revolver disematkan kepada kategori senjata api yang memiliki sebuah bagian berbentuk silinder yang berputar (revolve) yang mana silinder tersebut berisi beberapa kamar tembak (multiple chambers).

Sebagaimana disebutkan sebelumnya bahwa pengistilahan ini belum disepakati bersama, terutama di kalangan militer, terbukti bahwa militer Inggris masih menyebut revolver organik mereka dengan sebutan Pistol Revolver.

Mekanisme

Berbicara tentang mekanisme kerja atau sistem penembakan senjata api genggam ini, sebenarnya ada beberapa jenis, mulai dari sistem penembakan satu kali (single shot), sekali tembak beberapa peluru melesat secara bersamaan (harmonica barrels pistol), hingga sistem penembakan revolver dan mekanisme pistol pengisian sendiri (self-loading).  Dua mekanisme terakhir ini yang akan dibahas sesuai topik tulisan.

Mekanisme Revolver :


Sesuai dengan namanya, Revolver, tipe senjata api ini memiliki beberapa bagian utama, yaitu laras, blok silinder yang berisi beberapa kamar peluru, gagang (hand grip), pemicu (trigger) dan pelatuk/hammer.

Sistem Pengisian satu per satu
Nenek moyang revolver besutan Samuel Colt ini, pada awalnya sangat merepotkan dalam hal pengisian peluru. Ketika proses pengisian butir peluru ke dalam kamar di silinder, harus dilakukan satu demi satu melalui sebuah celah di sisi kanan frame. Setiap sesudah memasukkan sebuah peluru ke dalam salah satu kamar dalam silinder, secara manual silinder harus diputar ke kanan untuk dapat mengisikan butir peluru ke kamar berikutnya.

Proses ini tentu sangat sulit dan makan waktu ketika dilakukan dalam kondisi tertentu, seperti ketika berada di atas kuda yang sedang berjalan, atau ketika sedang berada di dalam sebuah baku tembak. Belum lagi ketika butir peluru yang biasanya hanya 5 butir habis semua ditembakkan, untuk membuang selongsong (case) juga harus dilakukan satu demi satu. Betapa merepotkannya.

Sistem Pengisian dengan Speedloader
Berbeda dengan revolver generasi berikutnya, di mana blok silinder dapat langsung digeser keluar (swing out) melalui sebuah lever bersumbu. Apalagi dengan diciptakannya speedloader, seorang pengguna dapat langsung memasukkan 6 butir peluru sekaligus ke dalam silinder dan mengembalikan silinder ke posisi semula untuk selanjutnya revolver siap ditembakkan.

Kapasitas maksimal sebuah silinder sangat bergantung kepada merk dan tipe revolver, ada kapasitas silinder hingga 10 bahkan 12 butir. Namun untuk saat ini yang paling umum di pasaran adalah sebanyak 6 butir.

Pada revolver generasi awal, untuk setiap penembakan, harus diawal dengan proses mengokang, yaitu dengan menarik pelatuk/hammer ke belakang. Ketika pemicu ditarik, pelatuk/ hammer akan memukul bagian primer dari peluru dan terjadi ledakan mesiu di dalam selongsong yang berakibat proyektil peluru terdorong sangat kuat melesat meninggalkan selongsong melalui laras revolver. Demikian proses penembakan berikutnya dilakukan dengan tahapan yang sama. Proses ini dalam terminologi senjata api disebut Single-Action (SA).

Generasi Revolver berikutnya memungkinkan aksi penarikan picu mengakibatkan dua reaksi, yaitu menggerakkan pelatuk ke belakang (sambil memutar silinder), kemudian dilanjutkan dengan memukulkan pelatuk ke bagian primer peluru. Mekanisme ini dinamakan Double-Action (DA). Sehingga untuk setiap penembakan, pengguna tidak perlu lagi menarik pelatuk.

Mekanisme Pistol :

Seiring dengan perkembangan teknologi senjata api genggam, ditemukanlah sistem self-loading yang diterapkan pada mekanisme pistol. Pistol ini terdiri dari beberapa bagian utama, yaitu laras yang menyatu dengan frame, slide (bagian utama yang bergeser), magazine (magazen), pemicu, ejector, extractor, firing pin/striker dan pelatuk/hammer. Pada tipe Hammerless Pistol, pelatuk ini tidak ada.

Pengguna cukup memasukkan magazen berisi beberapa butir peluru dari bawah gagang, kemudian menarik slide ke belakang secara maksimal, melepas safety lever dan pistol siap ditembakkan. Proses menarik slide ke belakang inilah yang disebut mengokang pistol. Pada saat slide ditarik ke belakang, slide akan membawa firing pin ke posisi siap pukul. Dan bersamaan dengan saat slide kembali ke posisi awal, peluru tadi akan terdorong memasuki kamar tembak (firing chamber).


Proses Self-Loading
Ketika pemicu ditarik, firing pin akan memukul bagian primer peluru sehingga terjadi ledakan. Ledakan ini berefek ke dua buah gaya bertekanan sangat tinggi, gaya pertama mendorong proyektil maju melalui laras melesat menuju sasaran, efek dari gaya kedua adalah mendorong bagian slide ke belakang  untuk memberikan kesempatan pada peluru berikutnya memasuki ruang tembak.

Saat di mana selongsong mendorong slide ke belakang, adalah peran extractor mengait bagian rim selongsong dan peran ejector membuat selongsong terpental ke luar pistol. Proses ini akan berulang hingga peluru di dalam magazen habis. Mekanisme penembakan dengan sistem ini yang akhirnya dikenal secara luas dengan istilah sistem Semi-Automatic Pistol.

Sistem ini cukup rumit, namun sangat digemari karena mudah digunakan, dan yang lebih kerennya lagi adalah saat proses pengokangan, dapat menimbulkan 'efek ketakutan' ketika pistol ini digunakan untuk mengancam seseorang.

Catatan dari Sistem Self-Loading

Sejatinya sistem self-loading ini diadopsi dari sistem senapan mesin penemuan seorang berdwi-kewarganegaraan Amerika-Inggris bernama Hiram Maxim pada tahun 1883. Maxim sendiri setelah penemuan senapan mesinnya tersebut, kemudian menerapkan ke pistol rancangannya, namun tidak sampai pada proses produksi masal.

Sistem Toggle-Lock yang ditemukan oleh Maxim, justru dimanfaatkan oleh seorang imigran Amerika asal Jerman bernama Hugo Borchardt dan berhasil menerapkan pada pistol besutannya pada tahun 1893 yang kemudian dia beri nama pistol Borchardt C-93.

Namun ternyata pistol temuan Borchardt ini kurang sukses di pasaran karena kurang stabil sebagai akibat adanya bagian yang menggelembung di sisi belakang pistol. Sehingga pistol agak sulit dibawa dan kurang enak dipandang.

Pistol Browning FN M1900
Sementara pada era yang sama, di belahan negara Belgia, seorang perancang senjata asal Amerika bernama John Browning, menangkap peluang untuk mengajukan hasil rancangannya pada tahun 1896, dengan sebuah gagasan pistol yang dia beri nama FN M1900. Dengan menggunakan mekanisme self-loading tadi, pistol hasil penemuan Browning ini lah yang menjadi dasar pengembangan pistol-pistol semi-automatic hingga saat ini.

Dengan didukung oleh pabrikan senjata yang berbasis di Belgia, bernama Fabrique Nationale, yang disingkat FN, dan kemudian bekerjasama dengan pabrik senjata Colt di negeri Paman Sam, John Browning terus mengembangkan rancangan senjatanya.

Colt 1911
Senjata api yang paling sukses di pasaran dalam sejarah persenjata-apian adalah Colt 1911 yang digadang-gadang sebagai senjata organik militer Amerika selama lebih satu abad, mulai tahun 1911 hingga saat ini. Yang kedua adalah Browning Hi-Power yang juga dijadikan senjata organik andalan di beberapa negara yang juga sampai saat ini.

Walaupun tentara Amerika kini telah berpaling dengan menyandang Pistol Beretta M9 sebagai senjata organiknya, tetapi beberapa satuan militer tertentu masih menggunakan Colt 1911, tentunya dengan beberapa modifikasi.
Browning Hi-Power











Beretta M9

Amunisi :

Kedua kategori handgun di atas, selain menggunakan peluru dengan ukuran dan kaliber yang berbeda, juga memiliki bentuk yang sedikit berbeda, utama pada bentuk piringan di dasar selongsong (Rim).

Di mana pada jenis revolver, bagian Rim peluru dibuat lebih lebar yang berfungsi untuk menahan peluru ketika ditempatkan di dalam chamber di silinder. Sementara pada pistol, rim dengan bentuk seperti itu dihindari.

Akibatnya, peluru untuk revolver dan pistol Semi-Automatic tidak bisa saling tukar pakai, selain bentuknya sedikit berbeda, diameter dan panjang keduanya pun berbeda pula.
Butir Peluru untuk Revolver

Butir Peluru untuk Pistol Semi-Automatic
Dengan kedua perbedaan tipe peluru tersebut, maka pada jenis revolver, peluru tetap berada di dalam silinder pasca penembakan. Sementara pada kategori pistol semi-otomatis, peluru akan mental ke luar setiap kali penembakan, dan saat peluru di magazen habis, bagian slide akan berada pada posisi ke belakang.

Hal-hal unik :

Masyarakat Indonesia sering salah ketika menyebutkan jenis pistol yang bermagazen ini dengan nama Pistol FN. Padahal sebagaimana dijelaskan di atas, FN adalah adalah nama pabrik pistol ciptaan Browning. Dan selain memproduksi pistol semi-automatic, pabrik senjata yang berbasis di Belgia ini juga memproduksi senapan serbu laras panjang seperti FN Carbine (FNC) yang kemudian lisensinya dibeli oleh PT. Pindad dan diproduksi dengan nama SS-1. SS-1 yang merupakan singkata dari Senapan Serbu versi 1 ini, masih digunakan oleh TNI dan Polri hingga saat ini.

Kemungkinan istilah FN ini muncul karena bapak-bapak ABRI banyak yang menenteng pistol jenis Colt 1911 atau Browning Hi-Power, di mana keduanya adalah masterpiece seorang John Browning yang sangat erat kaitannya dengan pabrik senjata FN di Belgia. Selain itu bentuk kedua merk pistol tersebut memang serupa walau tak sama dan tentunya masyarakat sulit membedakannya. Sehingga kedua merk pistol tersebut diasosiasikan sebagai produk FN. Untuk memudahkan penyebutan tipe senjata api yang memiliki magazen di gagang dan dikokang dengan cara menarik slide ke belakang, maka diistilahkannya hingga saat ini dengan sebutan Pistol FN.

(disarikan dari beberapa sumber di situs internet)

5 comments:

  1. Wah, terima kasih infonya.. mau bikin komik tembak2an dan artikel ini ngebantu banget! Hampir aja salah bikin design gun nya xD haha

    ReplyDelete
  2. Wah gitu ya.. ternyata beda xD mau bikin komik adegan tembak2an, ngebantu banget! Hampir aja salah design gun nya 😂😂 haha thanks info nya!

    ReplyDelete
  3. Wah, terima kasih infonya.. mau bikin komik tembak2an dan artikel ini ngebantu banget! Hampir aja salah bikin design gun nya xD haha

    ReplyDelete
  4. Wah gitu ya.. ternyata beda xD mau bikin komik adegan tembak2an, ngebantu banget! Hampir aja salah design gun nya 😂😂 haha thanks info nya!

    ReplyDelete
  5. bermanfaat infonya gan.... terima kasih

    ReplyDelete

Silahkan memberikan komentar. Terima kasih.